Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Dari Kesalahan Orang Lain

 
kesalahan orang lain
Sumber Gambar: Pexels


Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, walau itu sekecil apapun. Dulu ketika saya masih kecil, ketika melakukan kesalahan maka hanya bisa menangis saja. Sementara orang tua tak mempermasalahkan kesalahan yang saya buat, mungkin karena masih kecil pada waktu itu. Namun perasaan saya sebagai anak kecil sudah tak karu-karuan waktu itu.

Ketika beranjak dewasa, saya pun mulai mengerti seperti apa sih tingkatan kesalahan itu. Ada kesalahan kecil, sedang, bahkan ada juga kesalahan fatal. Kesalahan fatal terjadi apabila merugikan atau membahayakan banyak manusia. Sebut saja seorang pilot harus mampu menerbangkan pesawatnya dan jangan sampai membuat kesalahan. Apabila pilot membuat kesalahan, maka taruhannya adalah nyawa seluruh penumpang di dalam pesawat termasuk dirinya sendiri.

Lalu ketika sudah memasuki dunia kerja, dan menjadi senior di kantor, saya mulai memahami bahwa pada beberapa hal tidak ada salah atau benar di pekerjaan yang sedang saya jalani ini. Yang ada adalah kita harus bisa mensiasati agar ketika melakukan kesalahan maka harus buat strategi agar tidak terlihat fatal. Tentu saja jangan sampai melakukan kesalahan berulang ya, karena terlihat tidak profesional.

Selama ini, saya berusaha untuk belajar dari kesalahan orang lain dan terus terang saya setuju dengan hal tersebut. Selain belajar dari kesalahan diri sendiri, kita juga harus banyak belajar dari kesalahan yang diperbuat orang lain. Misalkan saja ada teman atau rekan kerja kita yang curhat akan masalah hidupnya, maka kita jangan hanya jadi pendengar saja, melainkan harus mengambil pelajarannya. Siapa tahu kesalahan yang diperbuat oleh teman maupun rekan kerja itu akan kita alami di kemudian hari. Wallahu A'lam.

Beberapa kesalahan orang lain yang saya pelajari di kehidupan ini antara lain:
  • Jangan Boros
Punya teman yang suka beli barang-barang bermerk. Awalnya minder donk saya melihat penampilan teman dari atas sampai bawah barang bermerk semua. Entah mengapa saya tidak tertarik sedikitpun beli barang bermerk kecuali untuk benda tertentu, misalkan elektronik yang konon katanya jika bermerk cukup dikenal maka awet dalam pemakaian.

Kemudian saya dengar curhatan teman bahwa saat ini dia berusaha mengurangi pemakaian barang bermerk karena terkendala budget. Teman banyak berkeluh kesah karena tagihan kartu kredit semakin membengkak. Dari dialah saya belajar bahwa hidup ini tidak boleh terlalu mengikuti keinginan semata. Membeli barang bermerk menyebabkan boros, padahal jika tidak menggunakannya kita tak akan mati meregang nyawa.
  • Punya Perencanaan Hidup
Dari teman lainnya saya belajar bahwa sebagai manusia minimal punya rencana hidup walau hanya 1 atau 2 rencana. Karena kita tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan kita jalan ke depannya. Karena pandemi, hidup saya menjadi berubah 180 derajat dan kesalahannya adalah saya tidak punya perencanaan keuangan.

Teman saya tidak punya rencana hidup berupa tabungan darurat, sehingga ketika ada ujian hidup yang membutuhkan dana darurat dia bingung dan terpaksa harus berutang ke sana kemari. Hal itulah yang berusaha saya hindari dalam hidup ini, jangan berutang kesana kemari.
  • Jangan Berorientasi Pada Dunia Semata
Teman kerja saya ketika sedang banyak-banyaknya proyek luar kota menjadi lupa diri dan terlalu bersenang-senang untuk urusan duniawi. Akibat terlalu berorientasi pada dunia, dia terjebak harus memiliki dua orang istri. Andai saja dahulu dia tidak tergoda dengan kesenangan duaniawi, tentunya mungkin saat ini kehidupan keluarganya adem ayem. Namun nasi telah menjadi bubur, karena terlalu berorientasi pada dunia, akhirnya teman saya pun terjerat masalah dalam hidupnya.

Pesan moral yang dapat saya petik adalah jangan terlalu berorientasi pada dunia semata. Nyatanya, dunia itu fana. Begitu Tuhan cabut nikmat dunia darimu, maka seketika itu juga hancur lebur pula.
  • Jangan Merasa Paling Benar Sendiri
Saya perhatikan banyak orang merasa paling benar sendiri. Bahkan di keluarga atau kerabata sendiri pun saya lihat banyak orang seperti itu. Ada cerita mengenai kerabat saya dimana merasa paling benar, akhirnya dia menjadi sombong sehingga merasa pendapatnya benar dan mutlak. Tak berapa lama cobaan datang menerpa anak lelaki yang paling dibanggakan justru ketahuan berselingkuh. Apa tidak sakit hati karena dulu anak yang begitu dibangga-banggakan justru yang paling mengecewakan dirinya.

Pesan moral yang dapat saya ambil adalah jangan berlebihan ketika memuja seseorang, meskipun itu darah daging sendiri. Hal itu bisa menjadi 'ain bagi kalian yang seorang Muslim. 

Semoga bermanfaat.


Maria Tanjung
Maria Tanjung Jika ingin bekerja sama di blog ini, Anda dapat menghubungi saya di mariatanjung81@gmail.com Terima kasih

Posting Komentar untuk "Belajar Dari Kesalahan Orang Lain"