Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Cara Efektif Mengatasi Burnout: Anda Pilih yang Mana?

 
Burnout
Picture Source: Pexels


Berbicara masalah burnout, rasanya sudah tak terhitung saya mengalaminya. Bahkan rasanya sampai ingin resign saking terlalu banyak yang dipikirkan di pekerjaan. Namun ujung-ujungnya saya belum berani resign, karena masih belum merasa merdeka secara finansial. Padahal kalau kata teman sih, rezeki Allah SWT itu tak terhingga, jadi saya tidak perlu khawatir apabila resign walau belum ada pegangan dana cadangan. 

Memang apa yang dikatakan teman saya itu benar adanya, namun saya masih memiliki kekhawatiran berlebih apabila tidak punya penghasilan tetap. Wah, sepertinya kadar keimanan saya patut dipertanyakan ya. Namun, tetap saja saya berharap ketika berusia 50 tahun kelak bisa menjadi bos atas diri sendiri sehingga tidak terserang syndrom burnout lagi.

Burnout sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kondisi stress yang dialami oleh seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan. Orang yang mengalami burnout biasanya merasa kelelahan yang tidak ada habisnya dan juga memiliki emosi yang cenderung tidak stabil.

Tentu saja burnout tidak baik bagi kesehatan mental seseorang. Apabila burnout tidak diatasi sesegera mungkin, maka bisa jadi akan terjadi konflik dengan lingkungan sekitar bahkan keluarga. Misalnya saja saya yang terkena burnout bawaannya sering marah, sehingga hal tersebut tidak baik apabila dilampiaskan kepada keluarga di rumah.

Oleh karena itu, burnout harus segera diatasi apabila kalian sedang mengalaminya. Seperti Kata Shyntako, bahwa kita harus bisa mengatasi burnout di saat bekerja salah satunya dengan metode micro break. Saya sendiri pun baru mendengar istilah micro break, dan setuju apabila diaplikasikan di saat waktu istirahat dalam bekerja.

Cara Efektif Mengatasi Burnout: Jangan Biarkan Beban Kerja Menghantuimu

Tidak dipungkiri, kita bekerja selama 8 jam selama 5 atau 6 hari. Bahkan dalam kondisi tertentu, jam kerja bisa melebihi ekspektasi. Apalagi ketika pandemi terjadi 2020 lalu, bisa saja jam kerja bertambah secara sukarela demi peningkatan omzet perusahaan yang menurun drastis akibat dampak pandemi.

Akibatnya adalah tekanan kerja semakin tinggi, sementara badan dan otak kita perlu diistirahatkan. Hal ini dikarenakan keesokan harinya kita akan bertemu dengan situasi kerja yang sama, sementara hidup kita tidak hanya didedikasikan untuk pekerjaan semata. Ada anak, istri, suami bahkan orang tua yang harus kita perhatikan dan diajak berkomunikasi. Tidak mungkin juga kita pulang sambil membahas masalah pekerjaan. Atau lebih parahnya, pekerjaan kita bawa pulang ke rumah. Bisa-bisa, kita tidak punya waktu untuk diri sendiri.

Meskipun sering dilanda burnout, namun kita harus tahu cata mengatasinya. Tentu saja semua orang punya caranya masing-masing agar terhindar dari yang namanya burnout. Berikut 4 cara efektif mengatasi burnout versi saya:

1. Jangan Bahas dan Bawa Pekerjaan di Rumah

Saya pernah membawa pekerjaan yang belum sempat diselesaikan di kantor ke rumah. Maksud hati agar keesokan harinya, tidak ada utang pekerjaan sehingga bisa memulai pekerjaan baru. Namun yang ada justru pekerjaan tersebut tidak saya sentuh sama sekali, dan saya malah asyik ngedrakor. 

Terkadang saya juga pernah membahas masalah kerja dengan suami saya. Memang suami mendengarkan curhatan saya, namun semakin dirasa kok justru saya makin memikirkan berbagai masalah yang ada di kantor. Padahal di rumah adalah waktu saya untuk bersantai.

Sejak saat itu saya berusaha bahkan tidak pernah lagi membawa pekerjaan kantor ke rumah. Saya tinggalkan penatnya pekerjaan kantor dan pulang dengan rasa lega karena bisa sampai rumah lalu selonjoran dan rebahan. Selain itu juga, saya berusaha tidak membahas apapun yang sedang terjadi di kantor bersama suami. Maklum saja, suami sudah tahu semua teman saya di kantor sehingga jika diajak ngobrol masalah kerjaan, beliau tak heran lagi.

2. Ambil Cuti

Memang di beberapa perusahaan, cuti tidak bisa dilakukan secara mendadak. Perlu pengajuan cuti jauh-jauh hari agar bisa koordinasi dengan tim satu divisi. Beruntung juga saya bekerja di perusahaan yang tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu prosedural banget sistem di kantor.

Walau saya tidak pernah ambil cuti dadakan, namun pernah suatu ketika saya sudah suntuk dengan kerjaan di kantor, hingga akhirnya nekat cuti dadakan dengan alasan yang sedikit kurang masuk akal, hahaha. Untuk kali ini, jangan dicontoh ya alasan saya. 

Intinya, seberat apapun burnout yang kalian rasakan, tetaplah harus melalui prosedur yang benar apabila ingin mengambil cuti. 

3. Curhat Dengan Orang yang Bisa Dipercaya

Curhat itu penting untuk menumpahkan uneg-uneg. Namun jangan curhat dengan orang yang salah ya, yang senang ketika kalian mendapat masalah. Curhat dengan sahabat atau keluarga terdekat yang dipercaya mungkin bisa jadi solusi terbaik di saat sedang burnout.

Biar bagaimanapun kita adalah makhluk sosial yang juga butuh untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Manfaatkan kesempatan jika memang ada sahabat atau keluarga dekat yang bersedia mendengar keluh kesah seputar dunia kerja kita.

Bekerja memang merupakan suatu kewajiban bagi seorang manusia untuk mencari nafkah. Namun dalam hidup kita tidak akan pernah tahu masalah apa yang bakal menghampiri. Semoga pekerjaan yang kalian jalani saat ini selalu membawa berkah bagi diri sendiri dan keluarga. 


Maria Tanjung
Maria Tanjung Jika ingin bekerja sama di blog ini, Anda dapat menghubungi saya di mariatanjung81@gmail.com Terima kasih

Posting Komentar untuk "3 Cara Efektif Mengatasi Burnout: Anda Pilih yang Mana?"